CBD Betos (Bekasi Town Square) : Binakarya Investasi Rp. 1,3 Triliun di Bekasi
Jakarta
- Pangsa pasar properti di Indonesia pada tahun 2012 masih sangat menjanjikan
dengan pertumbuhan diperkirakan diatas 25-20 persen. Penjualan apartemen kelas
menengah masih mendominasi sektor ini. “Sektor properti masih menunjukkan
geliat yang meyakinkan pada 2012. Karena itu, Binakarya Propertindo Group
menganggarkan investasi sekitar Rp. 1,3 triliun guna mengembangkan sejumlah
proyek properti,” tutur CEO Binakarya Propertindo Group (BPG), Go Hengky
Setiawan di Jakarta, kemarin. Dikatakan, investasi sebesar itu sebagian besar
berasal dari dana atau modal milik Binakarya sendiri dan kredit konstruksi dari
bank. Sedang sebagian lagi berasal dari uang muka dari pembeli.
Hengky
menjelaskan, penjualan property untuk tahun ini maupun 2012 sebenarnya masih
didominasi penjualan apartemen menengah dengan harga Rp. 300 jutaan berkisar
80-90 persen. Sedangkan penjualan apartemen mewah hanya sekitar 5-10 persen
saja.
Menurut
dia, beberapa proyek yang menjadi prioritas Binakarya, antara lain : Bekasi
Town Square (Betos) sebuah Central Business
District di kawasan Bekasi, apartemen Casablanca
East Residences tahap II (CER) di Jakarta Timur, apartemen Pluit Sea View tahap II(PSV) di Jakarta
Utara, Bogor Valley Condotel (BVC) di
Bogor, Gateway Pasteur Apartment
tahap II di Bandung, Gateway Apartment
@Bandung tahap II di Jl A.Yani, serta Palm
Paradise, kawasan hunian seluas 30 Ha di Jakarta Barat, Watu Jimbar
Condotel di Sanur, Bali, dan Swiss-Belhotel
Kuta di Bali.
“Investasi
tersebut akan dipergunakan untuk membangun proyek-proyek tadi. Dan kami
targetkan selama tahun 2012 semuanya sudah laku terjual,” ujar bapak yang akrab
dengan panggilan Hengky.
Dipaparkan,
untuk kategori High Rise Building berupa
apartemen, pihaknya akan membangun CER tahap II sebanyak 1000 unit, Gateway Pasteur Apartment tahap II
sekitar 1.800 unit apartemen dan 200 kamar hotel, lalu Gateway Apartment @Bandung tahap II di Jl. A.Yani akan dibangun Commercial Centre berupa ruko dan hotel,
Pluit Sea View tahap II akan dibangun
Tower yang terdiri dari 3 blok dimana setiap blok terdiri dari 1.000 unit
apartemen.
Ada
pun untuk kategori High Rise Building berupa
kondotel, BPG akan membangun Bogor Valley
Condotel yang terdiri dari 600 unit apartemen dan 175 kamar hotel, kemudian
Watu Jimbar di Sanur-Bali sebanyak 260 unit kamar hotel, serta Swiss-Belhotel Kuta, di Kuta-Bali
sebanyak 300 kamar hotel.
Sedangkan
untuk kategori Landed House (hunian
tapak) setelah sukses dengan Golden Palm
Residence yang akan mulai diserahterimakan pada Januari 2012, BPG bersama
dengan Palem Group juga akan membangun Palm
Paradise yang terdiri dari perumahan Park
Residence And Commercial Area berupa
ruko Palm Terrace, rukan CBD Palm,dan
beraneka ragam fasilitas dalam kawasannya seperti Club House, Water Park
dan salah satu distributor grosir terkemuka di dunia yaitu LotteMart.
Menyinggung
penjualan propertinya selama tahun 2011, Hengky menegaskan, kendati tahun 2011
masih menyisakan waktu beberapa minggu lagi, namun penjualan produk-produk
properti BPG sudah memenuhi target yang ditetapkan.
“Untuk
tahun 2011 ini target penjualan Binakarya Propertindo Group tercapai 100
persen, baik itu apartemen, kondotel, maupun landed house. Pada tahun 2012
mendatang kami berharap target juga bisa tercapai 100 persen,” tegas Hengky.
Pangsa
Kondotel
Hengky
mengatakan, pangsa pasar kondotel di Indonesia saat ini juga sangat
menggembirakan. Peluang penjualan kondotel yang besar mendorong BPG untuk
mengembangkan Bogor Valley Condotel
(BVC), sebuah perpaduan konsep hotel dan apartemen hak milik strata title dalam
satu kawasan yang lokasinya berada di arteri sentra bisnis Bogor, yaitu Jalan
Sholeh Iskandar.
Apartemen
dan kondotel yang direncanakan dibangun di atas lahan seluas 0,6 hektar
tersebut akan memiliki 3 tower, yaitu 2 tower untuk apartemen dan 1 tower hotel
yang semuanya dirancang untuk memiliki view terbaik, yaitu Gunung Salak,Pancar,
dan Hambalang.
"BPG
sedang melakukan Test Market terhadap
2 tower unit apartemen yang ada untuk mengetahui sejauh mana produk tersebut
diserap oleh masyarakat. Pada saat melakukan test market yang hanya berlangsung
dalam beberapa hari, kami telah menerima pemesanan sebesar 35 persen dari 600
unit yang akan ditawarkan," papar Hengky.
Hengky
mengatakan,selain dapat langsung digunakan sebagai tempat tinggal apartemen
bisa dijadikan instrumen investasi dengan cara disewakan. Mengingat lokasi BVC
dekat pula dengan kampus IPB. Sedangkan kondotel merupakan sarana investasi
yang sangat praktis dan menguntungkan karena investor langsung dapat
menikmati return of investment (ROI)
plus kenaikan harga kondotel itu sendiri tiap tahunnya.
Terkait
tren properti yang akan terjadi di luar Jawa, BPG nampaknya termasuk yang cukup
sigap merespon dengan mengembangkan kondotel Watu Jimbar di Sanur yang saat ini
sedang dalam tahap pembangunan serta Swiss-bellhotel Kuta yang sedang dalam
tahap test market.
"Ditinjau
dari harga, setiap tahun kondotel di Bali cenderung mengalami peningkatan harga
sekitar 10%-20% per tahun. Di saat krisis pun, harganya tetap stabil. Ini salah
satu alasan bagi masyarakat untuk memiliki properti di Bali," Hengky
menegaskan.
Pengembangan Di Luar Jawa
Sementara
itu Ali Tranghanda, direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW)
menyatakan bahwa salah satu penyebab adanya tren pengembangan properti ke luar
Jawa pada 2012 adalah menipisnya lahan.
“Mulai
menipisnya lahan pengembangan perumahan di Pulau Jawa, mengalihkan pengembangan
pasar properti ke luar Pulau Jawa. Apalagi permintaan terus mengalami
peningkatan. Wilayah yang trennya naik adalah Pekanbaru, Palembang, Makassar,
Manado, Samarinda, dan Bali. Di Bali khusus untuk kondotel dan ruko,” demikian
ungkapnya.
Optimisme
bisnis properti di 2012 diungkapkan pula oleh Panangian Simanungkali, Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti
Indonesia (PSPI). Ia menyatakan, tren kenaikan bisnis properti akan terjadi
pada tahun 2012 dan bakal Booming
pada 2014, didukung oleh pertumbuhan di beberapa lini. Selain ekonomi yang
membaik dan Demand masyarakat yang
besar, kenaikan ini juga didukung oleh kenaikan properti dari pembiayaan kredit
bank yang disinyalir akan tumbuh 18 sampai 22 persen.
Sebagai
pengamat properti, Panangian optimistis properti akan menjadi bisnis yang
paling bagus di Indonesia. Ia mengatakan industri yang mempunyai risiko
investasi paling rendah adalah industri
properti. Bagi Panangian, rumus investasi yang menunjukkan minimnya risiko ini
adala “high return – low risk, highest return – no risk,” pungkasnya.